Resensi Buku : Novel “Bumi” Karya Tere Liye
Tentang
Buku :
- Judul Buku : Bumi
- Penulis : Tere Liye
- Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
- Tahun Terbit : Januari 2014/ Cetakan I
- Tempat Terbit : Jakarta
- Tebal Buku : 440 Halaman
Raib juga memiliki dua
orang teman bernama Seli dan Ali. Petualangan mereka dimulai saat Raib dan Seli
sedang berjalan dari arah kantin, mendadak gardu listrik yang sedang diperbaiki
tiba-tiba meledak yang mengakibatkan kabel listik beserta tiangnya rubuh dan
hampir mengenai tubuh Raib dan Seli. Tanpa diduga ternyata Seli juga memiliki kekuatan
yang dapat menahan sengatan dari kabel listrik, Seli juga terkejut bahwa
ternyata Raib juga dapat menghilangkan tiang listrik.
Saat itulah Ali muncul
dan mengajak Raib dan Seli untuk bersembunyi di ruangan aula. Sementara
bersembunyi, Tamus berserta anak buahnya medadak muncul dari lubang hitam dan
memaksa Raib yang berasal dari Klan Bulan dan Seli dari Klan Matahari untuk
pergi bersama mereka. Namun di saat mereka terdesak, guru matematika mereka,
Miss Selena muncul untuk membantu mereka.
Sementara Miss Selena
mencoba menahan Tamus, mereka pergi melalui portal yang dibuat oleh Miss Selena
ke tempat yang bernama Kota Tishri. Di sana mereka bertemu dengan keluarga
kecil Ilo, Vey, dan anak mereka Ou. Bagi mereka Kota Tishri merupakan kota yang
aneh karena makanan dan pakaiannya serba berwarna hitam, lebih aneh lagi saat
mereka mengetahui bahwa warga di perkotaan terbiasa mandi dan mencuci
menggunakan udara serta letak kota yang berada di dalam tanah.
Di kota inilah Raib,
Seli, Ali dan dibantu oleh Ilo, Av berjuang melawan Tamus yang berambisi ingin
membebaskan si Tanpa Mahkota dalam sebuah buku kematian. Tamus mengincar Raib
karena ia adalah satu-satunya pewaris buku kehidupan yang dapat membebaskan si
Tanpa Mahkota dalam sebuah sekat.
Buku ini tentu bisa
menjadi sangat menarik bagi pembaca yang menyukai cerita yang penuh dengan imajinasi.
Dengan sajian cerita yang menegangkan seperti sedang menyaksikan secara
langsung beberapa pertarungan yang dilakukan oleh para tokoh seperti saat Miss
Selena bertarung dengan Tamus. Raib, Seli, dan Ali yang berjuang memasuki
perpustakaan yang telah dikuasai oleh Tamus.
Beruntung gaya bahasa
khas Tere Liye memang sangat mudah dipahami oleh pembaca. Alur cerita maju
mundur juga dapat mudah dimengerti oleh pembaca. Tokoh-tokoh yang ada bermain
dengan baik meskipun memiki latar belakang yang berbeda Raib dari Klan Bulan,
Seli dari Klan Matahari, serta Ali dari Klan Bumi.
Cerita tidak akan mudah
ditebak oleh pembaca karena memiliki latar tempat yang tidak diketahui oleh pembaca.
Imajinasi pembaca akan dibuat menebak-nebak mulai dari bagaimana bentuk
bangunan, pakaian, makanan, serta suasana di sekitar Klan Bulan.
Bagi beberapa sebagian
pembaca cerita fantasi ini mungkin tidak bisa diterima logika dan membuat
pembaca bertanya-tanya bagaimana mungkin Klan Bumi, Bulan, Bintang, dan
Matahari bisa berjalan bersama dalam satu waktu. Dalam beberapa karangan fiksi
Tere Liye seperti novel “Rindu” masih bisa diterima dengan logika karena masih
memiliki korelasi dengan kenyataan.
Penyajian akhir cerita
mungkin juga akan membuat pembaca merasa kurang puas. Setelah ketiga sahabat
Raib, Seli, dan Ali menyelesaikan urusan di Klan Bulan tidak dijelaskan secara
detail apakah ketiga anak tersebut kembali ke rumah dan menemui orang tua
mereka.
Terlepas dari itu semua
entah sadar atau tidak sadar, Tere Liye dengan sangat apik menyisipkan pesan
moral dalam setiap cerita. Saat Ilo memperkenalkan Klan Bulan yang telah maju terlihat
dari penggunaan udara sebagai pembersih agar air tidak tercemar, lokasi yang
dihuni penduduk berada jauh di bawah tanah agar tempat permukaan tidak dirusak
oleh penduduk Klan Bulan.
“Ketahuilah,
sumber kekuatan terbaik adalah yang sering disebut dengan tekad, kehendak.” (Hal.
263)
~Salam Literasi
~Salam Literasi
Komentar
Posting Komentar