Resensi Buku : Novel “Bumi” Karya Tere Liye

Indonesia

Tentang Buku :
  •        Judul Buku                  : Bumi
  •       Penulis                         : Tere Liye
  •        Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
  •        Tahun Terbit                : Januari 2014/ Cetakan I
  •         Tempat Terbit              : Jakarta
  •        Tebal Buku                  : 440 Halaman
Buku ini menceritakan seorang anak perempuan berusia 15 tahun yang bernama Raib. Sejak berusia 22 bulan Raib memilki kekuatan untuk menghilangkan tubuhnya dan hal itu tidak disadari oleh orang-orang di sekitarnya. Awalnya Raib tidak mengerti kenapa ia bisa memilki kekuatan untuk menghilang, saat berusia 15 tahun ia dikunjungi oleh Tamus melalui cermin, Tamus menyuruhnya untuk berlatih menghilangkan barang-barang seperti buku novel, kursi belajar.

Raib juga memiliki dua orang teman bernama Seli dan Ali. Petualangan mereka dimulai saat Raib dan Seli sedang berjalan dari arah kantin, mendadak gardu listrik yang sedang diperbaiki tiba-tiba meledak yang mengakibatkan kabel listik beserta tiangnya rubuh dan hampir mengenai tubuh Raib dan Seli. Tanpa diduga ternyata Seli juga memiliki kekuatan yang dapat menahan sengatan dari kabel listrik, Seli juga terkejut bahwa ternyata Raib juga dapat menghilangkan tiang listrik.

Saat itulah Ali muncul dan mengajak Raib dan Seli untuk bersembunyi di ruangan aula. Sementara bersembunyi, Tamus berserta anak buahnya medadak muncul dari lubang hitam dan memaksa Raib yang berasal dari Klan Bulan dan Seli dari Klan Matahari untuk pergi bersama mereka. Namun di saat mereka terdesak, guru matematika mereka, Miss Selena muncul untuk membantu mereka.

Sementara Miss Selena mencoba menahan Tamus, mereka pergi melalui portal yang dibuat oleh Miss Selena ke tempat yang bernama Kota Tishri. Di sana mereka bertemu dengan keluarga kecil Ilo, Vey, dan anak mereka Ou. Bagi mereka Kota Tishri merupakan kota yang aneh karena makanan dan pakaiannya serba berwarna hitam, lebih aneh lagi saat mereka mengetahui bahwa warga di perkotaan terbiasa mandi dan mencuci menggunakan udara serta letak kota yang berada di dalam tanah.

Di kota inilah Raib, Seli, Ali dan dibantu oleh Ilo, Av berjuang melawan Tamus yang berambisi ingin membebaskan si Tanpa Mahkota dalam sebuah buku kematian. Tamus mengincar Raib karena ia adalah satu-satunya pewaris buku kehidupan yang dapat membebaskan si Tanpa Mahkota dalam sebuah sekat.

Buku ini tentu bisa menjadi sangat menarik bagi pembaca yang menyukai cerita yang penuh dengan imajinasi. Dengan sajian cerita yang menegangkan seperti sedang menyaksikan secara langsung beberapa pertarungan yang dilakukan oleh para tokoh seperti saat Miss Selena bertarung dengan Tamus. Raib, Seli, dan Ali yang berjuang memasuki perpustakaan yang telah dikuasai oleh Tamus.
Beruntung gaya bahasa khas Tere Liye memang sangat mudah dipahami oleh pembaca. Alur cerita maju mundur juga dapat mudah dimengerti oleh pembaca. Tokoh-tokoh yang ada bermain dengan baik meskipun memiki latar belakang yang berbeda Raib dari Klan Bulan, Seli dari Klan Matahari, serta Ali dari Klan Bumi.

Cerita tidak akan mudah ditebak oleh pembaca karena memiliki latar tempat yang tidak diketahui oleh pembaca. Imajinasi pembaca akan dibuat menebak-nebak mulai dari bagaimana bentuk bangunan, pakaian, makanan, serta suasana di sekitar Klan Bulan.

Bagi beberapa sebagian pembaca cerita fantasi ini mungkin tidak bisa diterima logika dan membuat pembaca bertanya-tanya bagaimana mungkin Klan Bumi, Bulan, Bintang, dan Matahari bisa berjalan bersama dalam satu waktu. Dalam beberapa karangan fiksi Tere Liye seperti novel “Rindu” masih bisa diterima dengan logika karena masih memiliki korelasi dengan kenyataan.

Penyajian akhir cerita mungkin juga akan membuat pembaca merasa kurang puas. Setelah ketiga sahabat Raib, Seli, dan Ali menyelesaikan urusan di Klan Bulan tidak dijelaskan secara detail apakah ketiga anak tersebut kembali ke rumah dan menemui orang tua mereka.

Terlepas dari itu semua entah sadar atau tidak sadar, Tere Liye dengan sangat apik menyisipkan pesan moral dalam setiap cerita. Saat Ilo memperkenalkan Klan Bulan yang telah maju terlihat dari penggunaan udara sebagai pembersih agar air tidak tercemar, lokasi yang dihuni penduduk berada jauh di bawah tanah agar tempat permukaan tidak dirusak oleh penduduk Klan Bulan.

Ketahuilah, sumber kekuatan terbaik adalah yang sering disebut dengan tekad, kehendak.(Hal. 263)

~Salam Literasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Novel “Matahari” Karya Tere Liye

Resensi Buku : Novel “Rindu” Karya Tere Liye

Resensi Buku : Novel “Bulan” Karya Tere Liye